PR JATENG - Ucapan kontroversial Muhammad Tahir tentang kualitas pemain naturalisasi di Timnas Indonesia tengah menjadi sorotan publik.
Apa yang dilakukan oleh Shin Tae Yong selama ini sedikit banyak mampu mengangkat level permainan Timnas Indonesia hingga mampu menjadi perhatian banyak kalangan baik di ranah nasional maupun luar negeri.
Akan tetapi, dalam setiap proses perjalanan untuk mewujudkan Timnas Indonesia menjadi tim yang diperhitungkan pasti akan ada orang-orang yang pro dan kontra.
Setelah publik cukup dibuat gemes dengan beragam komentar, kini muncul lagi pernyataan yang tak kalah membuat gemes netizen.
Hal ini muncul melalui mulut pemain PSBS Biak, Muhammad Tahir, yang dalam podcast-nya bersama Akmal Marhali secara garis besar menyebut level pemain naturalisasi di Timnas Indonesia 11-12 sama dengan pemain lokal.
Tentu saja, mendengar segala ucapan yang terlontar membuat beragam reaksi muncul, tak sedikit yang menyindir balik ucapan Muhammad Tahir yang menyebut skala 11-12 untuk kualitas pemain antara pemain naturalisasi dengan pemain lokal.
Baca Juga: Vietnam Diusir dari Piala Dunia 2026! AFC Jatuhkan Sanksi Berat setelah Kekalahan Memalukan
Menurutnya, di dalam Timnas Indonesia sekarang terlalu banyak pemain naturalisasi, di mana ia merasa prihatin akan hal itu sebab dengan banyaknya pemain naturalisasi otomatis menggerus potensi pemain lokal.
Selain itu, Muhammad Tahir juga mengatakan kalau percuma ada kompetisi Liga jika skuad Timnas Indonesia justru diisi pemain naturalisasi.
Namun, berdasar dari apa yang dikatakan Muhammad Tahir, sebenarnya itu hak dia untuk berpendapat.
Tapi sangat disayangkan kalau ia mengatakan itu tanpa pikir panjang dan kelihatan jelas hanya ngomong berdasarkan emosional semata.
Pertama, para pemain di Timnas Indonesia yang ia bilang naturalisasi sejatinya hanyalah Marc Klok, sedangkan sisanya adalah keturunan yang punya darah Indonesia.
Kedua, agak kocak bila Tahir mengata-ngatai pemain naturalisasi keturunan, padahal klubnya sendiri PSBS Biak lolos ke Liga 1 dengan diperkuat banyak pemain naturalisasi yang bahkan bukan pemain keturunan.
Ketiga, soal kualitas, ini yang lucu jika ia mengatakan kualitas pemain keturunan di Timnas Indonesia adalah 11-12 dengan para pemain Liga Indonesia yang bahkan passing-nya saja masih ngawur.
Banyak pengamat sepak bola yang menilai, kualitas para pemain yang mentas di Liga Indonesia semuanya masih di bawah pemain yang main di luar negeri.
Bahkan pemain asing yang ada di Liga Indonesia, tidak ada yang terdaftar aktif dipanggil di Timnasnya yang terhitung sebagai negara top.
Selain itu, tim-tim di Liga Indonesia untuk bersaing masuk Liga Champions Asia saja sulitnya minta ampun.
Itulah kenapa pemain-pemain potensial yang ada di Liga Indonesia sebisa mungkin untuk main di luar negeri buat menambah level kualitas.
Lalu, soal analoginya yang mengatakan jika perbedaannya adalah soal pemain yang dibina di dalam dan di luar negeri, sangat terlalu dangkal pemikirannya.
Didikan Eropa sangat berbeda jauh dengan permainan Liga Indonesia yang isinya berpadu dengan silat dan ilmu bela diri.
Pemain sekelas Thom Haye, Ragnar Oratmangoen, Justin Hubner atau Jay Idzes sangat jauh apabila dibilang kualitasnya 11-12 sama pemain yang main di Liga Indonesia.
Seleksi untuk masuk Timnas Indonesia bukan perkara main di mana, melainkan karena faktor kualitas yang menentukan mereka layak untuk membela tanah air di dunia sepak bola.