"Saya semakin lama semakin tua, selama 23 tahun menderita, dan tidak ada kata terlambat untuk bahagia. Saya curhat dengan membuat buku atas apa yang saya alami sekaligus sebagai edukasi ke masyarakat. Di luar sana pasti banyak yang mengalami. Wanita berhak bahagia dan berhak dihargai. Kalau kita bahagia maka kita sehat," kata Kartika.
Terkait penderita overnarsis atau NPD, psikolog senior Probowatie Tjondronegoro menjelaskan NPD adalah gangguan kepribadian dimana individu memiliki perasaan berlebihan tentang pentingnya diri sendiri.
Penderita juga membutuhkan perhatian, dan kekaguman berlebihan, serta kurang empati terhadap orang lain.
Sejumlah ciri NPD di antaranya, kata Probowatie, perasaan grandiositas (merasa dirinya sangat penting dan superior dibandingkan orang lain).
Selain itu, penderita juga memiliki kebutuhan konstan akan pujian, keyakinan bahwa mereka istimewa dan unik, ekpsloitasi interpersonal, kurang empati, iri terhadap orang lain atau percaya orang lain iri pada mereka, dan memiliki prilaku arogan juga sombong.
Baca Juga: BELAJAR PRIMBON: Kelebihan, Kekurangan, dan Rezeki dari Orang dengan Weton Kamis Pahing
"Orang NPD cenderung tidak sadar dirinya memiliki ciri-ciri itu. NPD bisa disebabkan karena salah asuh, lingkungan masa kecil yang selalu mendapatkan pujian, merasa tidak pernah salah dengan berbagai cara, serta selalu dikagumi," kata Probo.
Probo menyebutkan terdapat lima langkah psikologis yang bisa diterapkan dalam menghadapi orang dengan gangguan NPD.
Kelima langkah psikologis itu, satu; menerapkan batasan (memperkuat diri sendiri untuk tidak terlalu memperhatikan perlakuan pengidap NPD, bersikap apatis alias cuek, mengurangi interaksi dan komunikasi dengan mereka menjadi cara efektif untuk menjaga kesehatan mental).