Salep Kutu Air Dikabarkan Langka Pasca Banjir, Dinas Kesehatan Grobogan Pastikan Stok Masih Aman

- 20 Maret 2024, 11:45 WIB
Kabid Yankesmasjang Dinas Kesehatan Grobogan, dr Budi Sarjono (membawa masker), saat memastikan stok obat dalam pengobatan umum di Kuripan, Purwodadi.
Kabid Yankesmasjang Dinas Kesehatan Grobogan, dr Budi Sarjono (membawa masker), saat memastikan stok obat dalam pengobatan umum di Kuripan, Purwodadi. /Dok Dinas Kesehatan Grobogan./


PR Jateng – Salep kutu air yang biasa dijual di berbagai apotek dikabarkan mulai habis pasca banjir yang terjadi di Kabupaten Grobogan. Warga mulai kesulitan untuk mencari di apotek. Pasalnya, setelah terjadi banjir, warga mengeluhkan sakit rangen (kutu air) pada kaki mereka.

Hal itu dikeluhkan Agus, warga Purwodadi, yang merupakan warga terdampak banjir di Lingkungan Jengglong. Menurut Agus, kedua bagian telapak kakinya terasa gatal dan setelah dicek seperti rangen atau kutu air.

“Karena banjir sudah surut, kaki masih terasa gatal, saya ke apotek untuk cari salep kutu air, ternyata habis. Sudah cari kemana-mana,” ujar Agus.

Baca Juga: Duduki Juru Kunci Terbaik, Timnas Indonesia Lewati Bangladesh di Klasemen Umum Kualifikasi Piala Dunia 2026

Terkait informasi tersebut, Dinas Kesehatan memastikan bahwa ketersediaan salep kutu air masih ada dan sudah diberikan kepada pasien yang terdampak banjir. Hal itu dikatakan Kabid Yankesmasjang Dinas Kesehatan Grobogan, dr Budi Sarjono.

“Info yang pasti, kita tidak kekurangan salep kutu air. Ini sudah kita berikan kepada pasien yang terdampak banjir, baik pada saat banjir terjadi maupun pasca banjir,” ungkap dr Budi Sarjono, Rabu 20 Februari 2024, saat dikonfirmasi.

Pemberian salep kepada masyarakat yang terdampak banjir diberikan pada saat pengobatan umum yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Grobogan di lokasi-lokasi pengungsian, seperti di Getasrejo (Grobogan), Kuripan dan Jetis (Purwodadi) dan Banaran.

“Sampai saat ini, kita dari Dinkes, Puskesmas, dan PSC masih melakukan pengobatan umum. Mayoritas memang mengeluhkan terkena rangen atau penyakit.Jadi semua yang kita periksa ini, sudah tertangani dan mendapatkan obat serta salep,” jelas dr Budi.

Menurut dr Budi Sarjono, pengobatan umum masih terus dilakukan untuk masyarakat, terutama mereka yang terdampak banjir.

“Masih kita laksanakan pengobatan umum. Puskesmas masih ada dan melayani permintaan warga yang terdampak banjir,” ujar Budi Sarjono.

Basah dan Lembab

Sementara itu, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Grobogan, dr Djatmiko menjelaskan, penyakit kutu air ini terjadi pada kaki yang sering basah atau lembab. Hal itu yang diungkapkannya saat memeriksa banyaknya warga yang mengeluh gatal di bagian telapak kaki.

Kabid P2P Dinas Kesehatan Grobogan, dr Djatmiko saat meeriksa kondisi pasien pada pengobatan umum di Pendopo Kabupaten Grobogan.
Kabid P2P Dinas Kesehatan Grobogan, dr Djatmiko saat meeriksa kondisi pasien pada pengobatan umum di Pendopo Kabupaten Grobogan.

“Karena banjir, otomatis mereka tetap beraktivitas di tempat yang tergenag air, kaki menjadi basah. Ditambah, air banjir ini kan kotor ya, jadi itu bisa menyebabkan penyakit kutu air,” ujar dr Djatmiko.

Baca Juga: Sandy Walsh Cocok Jadi Kapten Timnas Indonesia? Simak Fakta Pemain Keturunan Ini

Dokter Djatmiko menjelaskan, kutu air merupakan penyakit yang dapat menular. Berawal dari ruam kemerahan, bersisik dan gatal yang berkembang dari sela jari kaki ke area lainnya.

Selain menggunakan salep, masyarakat bisa menggunakan obat alami untuk mengobati penyakit kutu air, seperti air kelapa dan cuka apel.

“Namun, jika masih merasa gatal pada kaki, segera diperiksakan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan dan obat,” ujar dr Djatmiko.***

Editor: Hana Ratri Septyaning Widya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah