KH Ubaidullah Shodaqoh Mencatat Tiga Penyebab Banjir di Jawa Tengah, Bukan Akibat Bekas Selat Muria

- 22 Maret 2024, 21:02 WIB
Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, KH Ubaidullah Shodaqoh.
Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, KH Ubaidullah Shodaqoh. /

PR JATENG - Banjir yang melanda jalur pantura Jawa, terutama di wilayah Demak-Kudus, Kecamatan Karanganyar, pada Ahad, 17 Maret 2024, kembali menimbulkan kekhawatiran.

Air meluber di jalan-jalan dan menyebabkan lumpuhnya lalu lintas. Bahkan, banjir juga mencapai Masjid Agung Demak dan Kompleks makam Sunan Kalijaga di Kadilangu.

Kejadian ini disebut sebagai banjir terburuk sepanjang sejarah dibandingkan dengan yang terjadi pada tahun 1992, yang merendam 13 kecamatan dan pusat kota Demak (saat ini mulai surut).

Baca Juga: Mengenal Kalikangkung Ada Dimana, Bikin Penasaran Ramai Dicari Saat Mudik Lebaran

Namun, muncul rumor yang menyebutkan bahwa banjir tersebut terkait dengan bekas Selat Muria.

Selat Muria, yang sekarang menjadi bagian dari Kabupaten Demak, Kudus, Grobogan, Pati, dan Rembang, merupakan wilayah perairan yang telah berubah menjadi daratan karena endapan fluvio-marin.

Namun, Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, KH Ubaidullah Shodaqoh, menegaskan bahwa banjir di Jawa Tengah disebabkan oleh kerusakan alam, eksploitasi berlebihan, dan kurangnya penanganan serius dari pemerintah.

Baca Juga: SEKARANG! Link Live Streaming Perempat Final Swiss Open 2024, Sabar-Reza dan Jorji Ingin Balaskan Dendam!

"Saya khawatir seolah-olah banjir besar yang terjadi adalah hal yang wajar, padahal sebenarnya disebabkan oleh perusakan alam, eksploitasi yang berlebihan, dan penanganan yang kurang serius dari pemerintah," ujar Kiai Ubaid, dikutip dari NU Online, Kamis 21 Maret 2024.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga menegaskan bahwa banjir yang melanda Demak hingga Kudus tidak ada kaitannya dengan kemunculan kembali Selat Muria.

Halaman:

Editor: Eko Wahyu

Sumber: NU Online


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah