Warga Meyakini, Jika Tidak Dilakukan Larung Sesaji Kepala Kerbau, Akan Ada Korban

- 20 April 2024, 08:33 WIB
Ritual larung sesaji ini sudah ada sejak zaman kolonial, sekitar tahun 1943.
Ritual larung sesaji ini sudah ada sejak zaman kolonial, sekitar tahun 1943. /

Sebanyak 17 kelompok Turut memeriahkan karnaval Lomban Sungai Tayu. Berbagai kesenian ditampilkan, mulai dari drum band, tarian hingga atraksi pencak silat.Hal tersebut merupakan rangkaian gelaran Lomban Kupatan Sungai Tayu yang digelar pada Jumat (19/4/2024).

Sebelumnya warga menyiapkan sebuah miniatur perahu berisikan kepala kerbau yang dibawa menggunakan becak motor dari area Balai Desa Sambiroto, Kecamatan Tayu, Pati. Kepala kerbau tersebut kemudian diarak menuju Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tayu, Disertai barongan mengiringi kepala kerbau tersebut, Dan disusul ribuan peserta kirab termasuk kendaraan bak terbuka yang membawa ketupat dan lepet.

Sesampai di TPI, miniatur perahu yang berisi kepala kerbau dan sesajen tersebut diangkat menuju sungai, yang kemudian diletakkan di perahu, untuk kemudian dibawa menuju muara sungai untuk dilarung. Sebelumnya, Masyarakat Desa Sambiroto mengadakan manakib atau doa bersama yang digelar malam sebelumnya.

Lantas Jumat paginya, sebelum melarung kepala kerbau, warga terlebih dahulu melarung kepala kambing di sekitar Jembatan Tayu. Setelah itu, siangnya disambung karnaval dan larung kepala kerbau di Sungai Tayu.

Sulistiono, Kepala Desa Sambiroto mengatakan, larung kepala kerbau selalu diadakan saat Lomban Kupatan Sungai Tayu. Ritual larung sesaji ini sudah ada sejak zaman kolonial, sekitar 1943.

“Ini meneruskan tradisi yang sudah ada sejak dulu. Yaitu ketika pada masa Belanda. Ketika itu tradisi Lomban Kupatan ini sudah digelar oleh Wedono, Dan sekaligus kita berharap, masyarakat diberikan keberkahan, keselamatan, kesehatan dan rezeki yang lancar barokah, " tuturnya.

Wedono yaitu seorang kepala pemerintahan yang membawahi beberapa wilayah setingkat kecamatan saat ini.Sebagian masyarakat berkeyakinan, bahwa larung sesaji kepala kerbau menjadi salah satu ritual, agar masyarakat, khususnya masyarakat Tayu, Pati, diberikan keselamatan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Sementara itu Ketua Panitia Lomban Kupatan Sungai Tayu Agus Mulyono menyebut, larung sesaji kepala kerbau itu sudah menjadi kepercayaan masyarakat zaman dulu hingga sekarang. Tradisi ini, katanya sangat diharapkan masyarakat, karena ada kesakralan,Dan jika ditinggalkan masyarakat memiliki sugesti ada balak atau bahaya yang akan menimpa masyarakat.

“Sugestinya itu, kalau tidak dilakukan larung sesaji kepala kerbau, maka ada korban. Ketika corona tidak ada larung sesaji, itu ada korban di sini, " ujar Agus, Jumat (19/4/2024).

Halaman:

Editor: Teddy Wijanarko


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x