PR Jateng - Saat ini Sungai Serayu yang membentang di selatan Provinsi Jawa Tengah bagian selatan dan melewati sejumlah Kabupaten diantaranya Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap dinilai dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Pasalnya, Sungai Serayu sangat rentan akan bahaya banjir akibat flushing yang berasal Bendungan Mrican Banjarnegara.
Seperti diketahui, Bendungan Mrican dikelola oleh perusahaan bernama Indonesia Power.
Hal itu diungkapkan Pemerhati Sungai dan Lingkungan asal Banyumas Eddy Wahono dalam rapat dan gladi bersih finalisasi Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) di Balai Desa Kebasen, Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas dari 25 hingga 26 April 2024.
"Sungai Serayu kondisi sekarang sedang tidak baik baik saja,"kata Pembina Forum Relawan Lintas Organisasi Eddy Wahono di Rawalo, Kabupaten Banyumas, hari Sabtu 27 April 2024.
Eddy Wahono menilai permasalahan utama Sungai Serayu dalam penanganan kebencanaan banjir harus ekstra hati-hati.
Karena menurutnya, banjir Sungai Serayu spesifik yaitu disertai lumpur dan aliran air yang sangat deras.
"Sebab saat ada informasi Indonesia power membuang air dengan campuran sedimen 4 jam sebelumnya, maka 8 pintu radial bendung gerak Serayu di Rawalo Banyumas bakal dibuka untuk menurunkan elevasi air bendung dan terbuka penuh saat banjir flushing memasuki wilayah bendung gerak Serayu,"ungkapnya.
Menanggapi hal itu, kata Eddy Wahono,, para relawan harus sangat berhati hati karena selain kepekatan air bercampur lumpur kental juga kenaikan elevasi air dari muka air normal bisa mencapai lebih dari 3 meter.
Selain itu, lanjut dia, tekanan laju air yang sangat kuat dan deras diikuti batang pohon dan bambu yang roboh terbawa arus.
"Penggunaan perahu karet serta personil relawan harus sesuai dengan instruksi keselamatan,"ucap Eddy Wahono.
Terkait permasalahan penyelesaian masalah sedimentasi pads Bendungan Mrican Banjarnegara yang dikelola oleh PT Indonesia Power, kata Eddy Wahono, hingga saat ini belum mendapatkan solusi yang tepat dan cepat untuk penanganannya.
"Sedimentasi sudah hampir mencapai 90 persen dari luasan area bendungan,"tutur Eddy Wahono.
Sehingga cara yang menjadi andalan saat ini hanya flusing penggelontoran sedimen yang dicampurkan dengan air.
Eddy Wahono juga menyebutkan sejak flushing penggelontoran dilakukan oleh Indonesia Power pada awal bulan April 2022 lalu, pada kondisi tertentu, sedimen sudah menumpuk dan membahayakan pembangkit listrik.
Baca Juga: Konfirm! Arne Slot Gantikan Jurgen Klopp di Kursi Kepelatihan Liverpool, Mulai Musim Depan
Dia pun mengkalkulasi juka bila flushing 541 m3 / detik selama 30 menit serayu hilir akan menerima 541 m3 x 60 detik x 30 menit = 973 ribu 800 m3.
"Kandungan lumpur 2 % x 973.800 m3 sama sengan 19.476 m3,"paparnya.
Lumpur yang digelontorkan ke Sungai Serayu dalam satu tahun jika dihitung yakni 52 minggu x 19.476 m3 sama dengan satu juta 012 ribu 752 m3 lumpur.
Bila satu minggu dua kali dilakukan flushing maka akan mendapatkan kiriman lumpur sebanyak 2 x 1.012.752 m3 = 2.025.504 m3 lumpur.
Permasalahan sedimentasi Bendungan Mrica Banjarnegara yang dikelola PT Indonesia Power, menurut Eddy Wahono, disebabkan karena kerusakan hulu sungai akibat alih fungsi lahan daerah tangkapan air sudah menjadi lahan pertanian kentang.
"Setiap tahun Bendungan mrican mendapatkan kiriman sedimen hampir mencapai 5 juta m3,"tegas dia.
Untuk itu, Sungai Serayu membutuhkan perhatian pemerintah yang serius agar segera dapat menyelesaikan permasalahan hulu Sungai Serayu.
"Yang jelas mencari solusi lain dengan pengerukkan sedimen lumpur,"imbuh Eddy Wahono.
Sementara itu, sebelumnya Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas Budi Nugroho menyebutkan HKB itu menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan instansi terkait untuk menghadapi bencana.***